![]() |
Logo Kohati HMI |
Ketua Umum Kohati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Pusat, Siti F. Siagian mengatakan gerakan reformasi merupakan gerakan yang bertujuan untuk memperbaiki tatanan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Juga menghapuskan kesulitan-kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
"Selain itu gerakan reformasi juga membawa masyarakat pada kehidupan yang berkeadilan baik dalam bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya serta demokratis berdasarkan prinsip kemerdekaan," urainya.
Lanjut Siti, tepat di bulan Mei 2018, 20 tahun usai reformasi ini, terjadi aksi teror atau ledakan bom di tiga gereja yang terletak di sejumlah kawasan di Kota Surabaya masing-masing Gereja Katolik
Santa Maria Tak Bercela, GKI dan GPPS yang terdapat di jalan Arjono.
"Mengingat masalah terorisme yang selalu terjadi ini merupakan isu yang membuat masyarakat resah. Walaupun aksi teror ini selalu dikatakan rekayasa atau setingan, tapi intinya aksi ini selalu mengorbankan orang-orang atau masyarakat awam yang sama sekali tidak kita ketahui entah apa salahnya sehingga mereka pun ikut dijadikan korban," paparnya di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Papua, di Kota Jayapura, Minggu (13/5).
Di samping itu, selain membuat masyarakat resah, Siti mengemukakan bahwa masalah terorisme ini juga selalu membuat perpecahan antar umat beragama karena biasanya aktor dari aksi terorisme ini selalu dituduhkan kepada orang yang beragama Islam.
"Padahal sesungguhnya Islam adalah agama yang cinta damai. Kemudian Islam dan teroris sangatlah jauh berbeda," cetusnya.
Sepertinya Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi terorisme yang besar.
Oleh sebab itu Pemerintah seharusnya mempunyai langkah yang cerdas untuk mengantisipasi permasalahan aksi terorisme ini.
"Terkhusus aksi teror bom bunuh diri, yang biasanya terjadi ketika ada momentum-momentum yang telah ditentukan, di hari-hari perayaan agama, misalnya Natal dan sebagainya. Hal ini bisa disimpulkan bahwa aksi teror ini dilakukan secara terencana dan terstruktur," tegasnya.
Diakui Siti, jika terbesit di pikirannya apa yang menyebabkan terorisme ini terjadi, mungkinkah aksi terorisme ini dilakukan oleh orang yang terlalu kecewa dengan kebijakan pemerintah? Atau terorisme ini sebenarnya memanglah sebuah setingan?
Mengingat tidak jarang terdengar wacana tentang aksi bom bunuh diri ini adalah pengalihan isu-isu yang mengganggu kenyamanan para elit negara.
Bahkan ada juga yang menyatakan bahwa bom bunuh diri ini dilakukan oleh orang yang terlibat didalam sebuah organisasi dengan dogma dan ideologi tertentu.
"Kita berharap dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dikucurkan setiap tahunnya, seharusnya para aparat bisa meningkatkan kinerja dan kualitas kerjanya untuk tetap bisa menjaga dan melindungi masyarakat Indonesia," harap Siti.
Apapun alasan yang melatar belakangi terjadinya aksi teror seharusnya para aparat sudah bisa mengatasi dan mengantisipasinya.
"Semoga kejadian bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya pada tanggal 13 Mei 2018 ini bukanlah sebuah atraksi dari perayaan 20 tahun reformasi," tukasnya.
(Har)
Masukan Komentar Anda:
0 comments: