Dengan mengangkat doa sulung, Ottow dan Geissler berkata "Dengan Nama Tuhan Kami Menginjak Tanah Ini”.
Doa ini menandai telah dimeteraikannya Bumi Cenderawasih dalam Anugerah Allah.
Terang itu terus bersinar dan membawa kepada pembaharuan hingga terbitlah GKI di Tanah Papua pada 26 Oktober 1956 serta terus merambat dan bertumbuh membuahkan gereja-gereja di Tanah Papua.
Perpaduan hati, seia sekata Gereja membangun jemaat-Nya membabat belenggu keterbelakangan , kebodohan, keterikatan dalam dosa serta melahirkan jiwa-jiwa Papua yang bijak dan adil dalam wibawa dan kerja.
Hingga lahirlah pula Pemerintah untuk meneruskan penuaian di tengah ladang yang telah dibabat.
Kebijaksanaan dan keadilan menjadi tuntutan panggilan hati untuk meneruskan pelayanan, namun kini adakah kebijaksanaan dan keadilan itu di tengah gereja dan Pemerintah yang semakin dewasa...?
Adakah kejujuran dalam hati termeteraikan dalam terang Injil, mengiringi langkah langkah umat-Nya..?
"Tuhan terima kasih, Engkau telah memberikan negeri yang kaya bagi kami anak anak Papua, negeri yang memberi harapan akan kesejahteraan di hari depan, menjadikan negeri Cenderawasih sebagai saksi-Mu ke seluruh bumi".
Hari ini, 164 tahun sudah pekabaran injil terus berkumandang. Maka di tengah momen ini, Tuhan mau mengajak gereja dan Pemerintah serta segenap anak-anak negeri Papua, untuk mengoreksi dan mengintrospeksi diri akan karya dan kerja di tanah ini, membuang keegoisan diri dan kepentingan untuk memperkaya diri serta melupakan hak-hak dasar kemanusiaan.
Karena sebenarnya “Dahulu Kita Adalah Kegelapan Tetapi Sekarang Kamu Adalah Terang Di Dalam Tuhan”.
Sebab itu, hiduplah sebagai anak anak terang yang memberi keadilan dan kesejateraan bagi umatNya dan teruslah berkarya bagi Tanah Papua.
Karena “Barangsiapa Yang Bekerja di Tanah Ini Dalam Iman dan Dengar-dengaran, Akan Jalan Dalam Tanda Heran ke Tanda Heran Yang Lain“.
Selamat HUT PI.
BTM
Masukan Komentar Anda:
0 comments: